photo mantap_zps14c0fdca.gif
 photo cat_zpsf3decb7f.gif

Pages

 photo daftar_zps8048412d.png  photo deposit1_zps209127ba.png  photo withdraw1_zps4c103b1b.png

Senin, 25 Agustus 2014

ABC88BET AGEN JUDI TERBAIK | JAMAN SEMAKIN CANGGIH BUKAN HP SAJA YANG LUAR BIASA, HELM ANTI-KANTUK PUN SUDAH LONCHING


Dua mahasiswa Program Kekhususan Teknik Manufaktur Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya), Ricky Nathaniel Joevan (kiri) dan Kristiawan Manik (kanan), menuniukkan cara kerja Helm Anti Kantuk (Anti-Drowsing System/ Androsys) karya mereka, di Ubaya Surabaya.


 Dua mahasiswa Program Kekhususan Teknik Manufaktur Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya), Kristiawan Manik dan Ricky Nathaniel Joevan menciptakan helm anti-kantuk yang praktis, murah dan tidak mengubah bentuk helm.

"Helm anti kantuk sebenarnya sudah ada, tapi harganya mahal, karena menggunakan gelombang saraf otak, sedangkan helm anti-kantuk buatan kami memanfaatkan denyut nadi," kata Ricky didampingi Kristiawan di kampus setempat.

Menurut dia, helm anti-kantuk yang memanfaatkan gelombang saraf otak itu harganya lebih dari Rp 10 Juta, sedangkan alat buatan tim Ubaya yang dinamai Anti-Drowsing System (Androsys) itu hanya Rp 500.000.

"Awalnya, kami mendapat tugas mata kuliah Design Project dari dosen pembimbing, Sunardi Tjandra ST MT, lalu kami mencari ide. Idenya dari nonton televisi terkait berita kecelakaan lalu lintas yang penyebab utamanya didominasi rasa kantuk.

Ia menjelaskan Androsys memanfaatkan denyut nadi sebagai sensor kantuk seseorang ketika mengemudi. "Denyut nadi seseorang itu normalnya 80 denyut per menit dan kalau lebih rendah dari itu berarti orang itu mengantuk.

menit, namun denyut nadi mengantuk pada setiap orang bisa berbeda. "Bisa saja ada orang yang mengantuk pada 60 denyut per menit, tapi alat itu bisa disesuaikan dengan ukuran setiap orang," katanya.

Cara kerja Androsys bermula dari alat sensor (mikro-kontroler) untuk ukuran denyut nadi pengemudi kendaraan yang tidak sampai 80 denyut permenit dan terpasang pada bagian tubuh seseorang yang memiliki urat nadi.

"Bisa saja dipasang pada leher, tapi nantinya akan kami hubungkan dengan tali helm untuk mendukung program safety riding dari kepolisian, lalu alat sensor ini menghasilkan output untuk vibrator yang terpasang pada batok kepala dari helm dan akhirnya bergetar secara berkala untuk mencegah kantuk seorang pengemudi.

Ia mengatakan vibrator itu dipasang pada bagian dalam helm (di atas kepala) melalui pelubangan kecil tanpa mengurangi fungsi keamanan helm standar. "Produk kami itu mendapat dana hibah Rp 9,5 Juta dari Kemendikbud melalui PKM-KC (Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta).

Namun, produknya tidak terpilih untuk mengikuti PIMNAS 2014 di Semarang, lalu dirinya mengikutsertakan produk itu dalam "International Invention Inovation and Design (IIID)" di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Segamat, Johor, Malaysia, 20 Agustus.

"Hasilnya, produk kami dinyatakan sebagai temuan baru dan sukses dinobatkan menjadi peraih medali emas untuk kategori Invention. Itu jauh melebihi target kami. Harapannya, kami akan mengembangkan Androsys untuk pengemudi bus dan truk yang sering jalan malam.

Menanggapi prestasi anak didiknya, dosen pembimbing Sunardi Tjandra menilai keunggulan Androsys terletak pada harga yang murah dan tidak mengubah struktur helm. "Produk mereka juga dibutuhkan pasar untuk saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar